Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Brown Bow Tie
RSS

Kenapa Seseorang Lebih Sering Tersakiti oleh Orang yang Mereka Sayang???

Lucu. Sangat lucu. Saat aku menyadari bahwa dibanding orang yang tidak kusukai, aku lebih sering menangis karena orang yang kusukai. Hidup memang lucu. Saat kau bertemu seseorang yang bisa membuat tertawa beberapa saat lalu menangis setelah itu lalu tertawa lagi dan kemudian menangis lagi. Sebegitu mudahkan membolak balik hati seseorang. Sulit dimengerti. 

Hidup memang tentang segala sesuatu yang terdiri dari dua sisi. Ada siang dan malam. Ada tangis dan tawa. Begitupun sedih dan bahagia. Namun, tidakkah terasa lelah jika harus bersedih untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita. Logika kita akan berkata betapa bodohnya kita, meski perasaan kita tak mampu berbohong kalau hal tersebut memang menyakitkan. 

Setiap orang pasti memiliki seseorang yang berharga baginya, entah itu keluarga, teman, sahabat, kekasih atau siapapun mereka. Mungkin di saat tertentu orang - orang itulah yang membuat kita bisa tertawa lepas, melempar senyum di awal hari yang cerah hingga kita kembali terlelap dalam malam, namun pernahkah kita berpikir bahwa ternyata orang-orang yang kita sayang juga lah yang lebih sering membuat kita meneteskan air mata. Membuat kita sakit, menahan rasa sakit itu, menangis, dan akhirnya menyerah dan memaafkannya. Mungkin di sela-sela itu ada saat kita ingin marah dan memaki, namun saat melihat orang yang kita sayang, makian itu berubah menjadi toleransi dan tanpa sadar kita kembali memaafkan apa yang telah mereka perbuat. Lagi dan lagi. 

Aku juga tak mengerti, mengapa hal itu juga terjadi kepadaku. Rasa sakit itu nyata dan berulang. Menyesakkan dan sama sekali tak nyaman. Selalu ada rasa marah yang ingin tertumpah. Namun, semuanya selalu berakhir dengan  hal yang sama, tangisan, toleransi, dan maaf. Melelahkan mendengarkan kau terus berkata maaf dan maaf, karena semua maafmu tidak akan menghapus rasa sakit yang lagi lagi kau berikan. Semua rasa sakit ini akan berakhir dengan hal yang sama setiap waktunya, yakni toleransiku terhadap semuanya, marahku yang terkalahkan oleh rasa sayangku, dan ketidak tegaanku yang memaksaku untuk sekali lagi memaafkanmu.

Apakah harus selalu seperti ini? Aku tak mengerti apa jawabannya. Aku hanya tahu, apapun yang kau lakukan, kau lah pemenangnya. Saat kau membuatku tertawa, kau lah pemenangnya, karena aku akan mengusahakan yang terbaik untuk kau yang selalu membuatku bahagia. Dan saat kau membuatku menangis, sebenarnya lagi-lagi kau lah yang menang karena semuanya akan berakhir sama, semua akan berakhir dengan toleransi dan maaf.

Mungkin ini konsekuensi dari menyayangi seseorang, yakni selalu pada posisi yang kalah. Aku tidak akan menjadi pemenang karena aku menyayangimu. Dan bagaimanapun sikapmu, kau sudah menang. Kau akan selalu menang. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS