Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Brown Bow Tie
RSS

Beginikah Akhirnya?

Rasanya sudah lama sekali aku tidak menulis tulisan santai seperti sekarang. Sudah lama. Sangat lama. Logikaku berkata itu wajar, dari mungkin sekitar setahun yang lalu hingga saat ini, aku mungkin disibukkan berbagai hal baru yang sebelumnya belum pernah kualami. Mulai dari menjalani kehidupan sebagai mahasiswa pertengahan yang jauh dari orang tua dan selalu mencoba menyibukkan diri dengan kegiatan organisasi ataupun kegiatan sosial lain yang aku sukai hingga mencoba mencari teman yang menyenangkan untuk berbagi selama aku menempuh ilmu di tanah rantau. Ya teman, orang yang berusaha kita percaya, tanpa syarat, hanya percaya.
Selama setahun ini, mungkin aku telah banyak belajar-atau-bahkan-berubah, entahlah. Faktor terbesar yang aku rasa paling berpengaruh terhadap perubahanku adalah lingkunganku, kewajiban dan hak ku, dan kamu. Selanjutnya, jika kau mencoba bertanya sebegitu pentingkah dirimu? Jawabannya pasti iya, tentu saja. Bagaimana tidak kau bisa menjadi penting, terlalu banyak kebahagiaan baru yang kau perkenalkan dalam hidupku. Terlalu banyak hingga aku tak tau bagaimana melupakan semuanya. Bahkan untuk mengikhlaskan kau mungkin sekarang waktunya hanya menjadi bagian dari masa laluku saja rasanya aku begitu sulit. Tidak semudah dirimu yang menganggap semua ini selesai secepat saat kau pergi dan membiarkanku mengumpulkan asa sendirian untuk berdiri kembali-seperti sebelumnya-tanpa dirimu. 
Sayangnya bukan hanya kebahagiaan yang kau perkenalkan kepadaku. Berbagai rasa sakit pun kau paksa aku untuk merasanya. Rasa sakit yang hampir tak pernah kau rasakan tapi terus aku rasakan. Adilkah ini? Entahlah. Mungkin ini hukumaku atas kelancanganku berani melangkah lebih jauh mengenalmu. Menuruti rasa penasaranku untuk dekat denganmu. Dan mencoba bertahan terus di sampingmu. Itu semua kesalahan. Kesalahan yang aku akan selalu ingat. Namun, tidak bisakah keslahan itu dimaafkan? Setidaknya dengan sedikit membuatku terbebas dari rasa sakit. rasa sakit karena kehilanganmu sebagai orang yang berharga dalam hidupku, bahkan aku juga harus kehilanganmu sebagai temanku berbagi. 
Semuanya begitu sulit dipahami hingga aku ingin mencoba menyerah. Membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Tidak lagi memikirkan apa yang sebenarnya kuinginkan, yang terpenting adalah aku segera menyeleseikan semuanya yang berhubungan denganmu. Namun, haruskah cara itu yang aku pilih? Tidak adakah cara lain agar kita bisa tetap menjadi teman berbagi seperti sebelumnya dan seperti seharusnya yang selalu kau mau. 
Kau pernah berkata bahwa kau tak ingin lagi mengurusi perasaanku. Sakit rasanya saat mendengar kalimat seperti itu, seakan semua yang telah terjadi selama ini seluruhnya adalah salahku, dan semua perasaanku tak pantas lagi untuk dihargai. Dan sayangnya terlalu banyak kalimat-kalimatmu yang mungkin tanpa kau sengaja selalu membuat mataku kembali sembam. Lagi dan lagi.
Katamu mungkin aku cengeng. Ya terserah kau ingin menganggapmu seperti apa. Sampai saat ini aku hanya ingin bisa berdamai denganmu dan masa lalu kita, bagaimanapun akhirnya nanti, aku tidak ingin terus menerus merasa sakit di saat kau bahkan mungkin sudah lupa kalau ada aku, ada perasaanku. 
Saat ini, aku hanya takut. Bagaimana jika setelah ini hatiku terlalu takut untuk kembali merasakan kebahagiaan karena aku tau di akhirnya pasti ada tangisan lagi. Bagaimana jika aku terlalu lelah untuk memulai cerita dengan orang lain seperti cerita yang kumulai denganmu dan tak pernah kita selesaikan. Bagaimana jika...hmm, kuharap hatiku tidak sekeras itu. Kuharap semuanya segera membaik dan kuharap kita bisa kembali menjalani hidup kita seperti sebelumnya, setidaknya agar aku tak harus kehilangan teman sebaik dirimu. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bersyukur dan Bersabar

Ada dua hal yang seharusnya selalu kita ingat dalam hidup ini, yaitu bersyukur dan bersabar. Bersyukur saat memperoleh nikmat. Bersabar saat menurut kita, musibah sedang menyapa kita. Tidak ada apapun yang lebih baik yang dapat kita lakukan selain kedua hal tersebut, karena sesungguhnya Allah lah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. 

Mungkin aku juga harus belajar lebih baik dalam menerapkan ilmu bersyukur dan bersabar. Akhir - akhir ini, nampaknya sedang ada banyak kuis dadakan untuk dua pelajaran di atas. Di mulai dari pelajaran bersabar untuk mengikhlaskan apa yang bukan menjadi hakku hingga bersyukur bahwa sampai saat ini, Allah masih memberi kekuatan pada hatiku untuk insyaAllah khusnudzon atas semua yang aku alami. 

Senin, 7 Maret 2016. Allah mengajarkanku bagaimana bersabar untuk mengikhlaskan apa yang kusukai untuk memenuhi kewajibanku sebagai hamba-Nya. Hari itu aku ditunjukkan betapa batas antara hitam dan putih itu begitu jelas, jadi tak seharusnya aku membuat semuanya seolah kabur dan abu-abu. Hari itu aku mengetahui bahwa apapun masalah kita Al-Qur'an dan Sunatullah sudah menyediakan jawabannya, hanya seringkali kita yang tidak tahu atau tidak mau tahu. Hari itu juga aku belajar bahwa kebahagiaan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit dicari karena bahagia atau sedih adalah kehendak hati dan hati manusia begitu mudahnya terbolak balik sehingga hanya kepada Sang Pemilik Hatilah seharusnya kita memohon perlindungan dan kekuatan. Meski kurasa tak mudah untuk menjadi ikhlas, tetapi saat niat kita untuk Allah, insyaAllah selalu ada jalan untuk memudahkan langkah kita. 

Hari-hariku selanjutnya berjalan sedikit berbeda dari sebelumnya. Ada beberapa hal yang berubah dalam hidupku. Walaupun beberapa kali aku merindukan "kebiasaan" lama itu, namun selalu ada alasan yang menyadarkanku kembali bahwa sudah saatnya aku meninggalkan semua hal yang tak memiliki dasar pembenaran seperti itu. Meski awalnya terasa berat, tetapi saat kita memaksa diri kita untuk beradaptasi dengan hal yang berat tersebut, kita tahu bahwa sebenarnya diri manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Rasa sakit itu memang selalu ada, begitupun dengan obatnya. Seringkali yang menjadi persoalan adalah kita belum tahu obat apa yang paling tepat dan cepat dalam menyembuhkan penyakit kita. 

Kuncinya, semua terletak pada niat kita dan seberapa besar keinginan kita untuk menjaga niat tersebut agar tetap berada pada koridor yang seharusnya. Saat kita telah berusaha menjaganya dan ternyata datang ujian lain yang menarik kita untuk keluar dari koridor niat yang telah kita jaga, maka kembalikan semuanya kepada Allah dan secara nyata kita akan menemukan betapa Allah akan membantu kita menutup semua celah-celah lubang yang dapat menggoyahkan niat awal kita. Niat yang memang kita susun hanya karena Allah. 

Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kenapa Seseorang Lebih Sering Tersakiti oleh Orang yang Mereka Sayang???

Lucu. Sangat lucu. Saat aku menyadari bahwa dibanding orang yang tidak kusukai, aku lebih sering menangis karena orang yang kusukai. Hidup memang lucu. Saat kau bertemu seseorang yang bisa membuat tertawa beberapa saat lalu menangis setelah itu lalu tertawa lagi dan kemudian menangis lagi. Sebegitu mudahkan membolak balik hati seseorang. Sulit dimengerti. 

Hidup memang tentang segala sesuatu yang terdiri dari dua sisi. Ada siang dan malam. Ada tangis dan tawa. Begitupun sedih dan bahagia. Namun, tidakkah terasa lelah jika harus bersedih untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita. Logika kita akan berkata betapa bodohnya kita, meski perasaan kita tak mampu berbohong kalau hal tersebut memang menyakitkan. 

Setiap orang pasti memiliki seseorang yang berharga baginya, entah itu keluarga, teman, sahabat, kekasih atau siapapun mereka. Mungkin di saat tertentu orang - orang itulah yang membuat kita bisa tertawa lepas, melempar senyum di awal hari yang cerah hingga kita kembali terlelap dalam malam, namun pernahkah kita berpikir bahwa ternyata orang-orang yang kita sayang juga lah yang lebih sering membuat kita meneteskan air mata. Membuat kita sakit, menahan rasa sakit itu, menangis, dan akhirnya menyerah dan memaafkannya. Mungkin di sela-sela itu ada saat kita ingin marah dan memaki, namun saat melihat orang yang kita sayang, makian itu berubah menjadi toleransi dan tanpa sadar kita kembali memaafkan apa yang telah mereka perbuat. Lagi dan lagi. 

Aku juga tak mengerti, mengapa hal itu juga terjadi kepadaku. Rasa sakit itu nyata dan berulang. Menyesakkan dan sama sekali tak nyaman. Selalu ada rasa marah yang ingin tertumpah. Namun, semuanya selalu berakhir dengan  hal yang sama, tangisan, toleransi, dan maaf. Melelahkan mendengarkan kau terus berkata maaf dan maaf, karena semua maafmu tidak akan menghapus rasa sakit yang lagi lagi kau berikan. Semua rasa sakit ini akan berakhir dengan hal yang sama setiap waktunya, yakni toleransiku terhadap semuanya, marahku yang terkalahkan oleh rasa sayangku, dan ketidak tegaanku yang memaksaku untuk sekali lagi memaafkanmu.

Apakah harus selalu seperti ini? Aku tak mengerti apa jawabannya. Aku hanya tahu, apapun yang kau lakukan, kau lah pemenangnya. Saat kau membuatku tertawa, kau lah pemenangnya, karena aku akan mengusahakan yang terbaik untuk kau yang selalu membuatku bahagia. Dan saat kau membuatku menangis, sebenarnya lagi-lagi kau lah yang menang karena semuanya akan berakhir sama, semua akan berakhir dengan toleransi dan maaf.

Mungkin ini konsekuensi dari menyayangi seseorang, yakni selalu pada posisi yang kalah. Aku tidak akan menjadi pemenang karena aku menyayangimu. Dan bagaimanapun sikapmu, kau sudah menang. Kau akan selalu menang. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hope It Will Be Happy Ending


"Beause a girl like you is impossible to find, you're impossible to find..."


Dengan mengganti kata ‘a girl’ menjadi ‘a boy’, mungkin salah satu potongan lirik lagu di atas bisa sedikit menceritakan apa yang aku rasakan, pikirkan, pahami saat ini. Rasanya aku sudah lupa. Aku sudah lupa apa yang membuat semua menjadi seperti sekarang. Bahkan berandai pun aku tak pernah. Hanya sedikit yang kuingat, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu, di saat yang sama seperti saat aku menulis, saat liburan pergantian semester. Seperti mahasiswa kebanyakan yang selalu mendambakan liburan sebagai waktu istirahat menyenangkan di tengah kesibukan dan rutinitas menjemukan selama berjuang meraih mimpi di kota yang bahkan menyimpan banyak cerita sebagai saksi bahwa perjuangan kami yang merantau itu nyata, awalnya liburanku saat itu juga telah direncanakan dengan indah. Namun, tampaknya amanah ini memintaku untuk sedikit bersabar agar rencana liburanku yang indah bisa ditunda dahulu, setidaknya sampai amanah ini terselesaikan sebagaimana mestinya. Amanah yang awalnya juga tak pernah terpikirkan olehku. Amanah yang datang untuk memberiku pelajaran, kenangan, dan sedikit cerita...bersamamu.
Berawal dari keinginan kecilku untuk membantunya, bukan kamu, membantu dia untuk mengingatkanmu atas amanah yang sama-sama kita emban, cerita itu kita mulai. Dingin dan egois, kesan yang tak pernah kulupakan saat pertama melihatmu. Sebegitu tinggi dan kokohnya jiwamu hingga mendekatpun aku harus berpikir berulang kali. Sayangnya, saat aku melangkah mundur sekali, ada hal lain yang membuatku kembali melangkah maju dua kali, mendekatimu. Bukan perjalanan yang singkat saat semua rasa penasaran dan kagum, mungkin, yang membuatku terus mencari tahu bagaimana kau bisa seperti ini, sedingin apa jiwamu, sekokoh apa idelismemu, dan bisakah aku.....Rasanya aku tak perlu melanjutkan kalimat sebelumnya karena yang ingin kukatakan hanya, izinkan aku mengenalmu.
Banyak hal, terutama tugas ‘bersama’ atau mungkin lebih tepat dibilang tugas serupa yang kita terima sehingga kita tanpa-sengaja-dan-berjalan-begitu-saja telah merangkai cerita yang kita juga tak pernah tau bagaimana awalnya. Aku hanya memberikan apapun yang bisa membuatmu lebih baik dalam mengerjakan tugasmu, dan saat kamu mulai menjawab dengan hal-hal serupa yang aku berikan sebelumnya, aku mulai takut mungkin aku yang akan jatuh kembali. Jatuh dalam semua kebaikan-kebaikanmu yang berulang dan membuatku ingin tetap jatuh dan jatuh lagi.
Saat ini aku tak pernah tahu berapa kali aku telah jatuh. Semua hal yang kau berikan dan baru pertama kurasakan. Semuanya yang membuatku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Semua cerita yang bahkan aku tak pernah tahu bahasa apa yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku saat itu. Mungkin aku terlalu takut untuk menganggapmu mengistimewakanku, tapi aku selalu bahagia jika aku tahu kau terkadang menganggapku berbeda, mungkin...istimewa. Aku semakin takut saat kilatan memori dalam ingatanku bercerita betapa kokoh dan tingginya engkau. Rasanya aku tak akan pernah sanggup menggapai tempatmu berada saat ini. Namun, ketakutan itu terkadang kau patahkan dengan uluran tanganmu yang lembut untuk menungguku berusaha naik ke tempat yang sama tingginya denganmu. Jujur, aku tak pernah ingin mengharapkan apapun. Tetapi sulit rasanya untuk berbohong bahwa aku bahagia merangkai cerita denganmu dan aku tak tau kebahagiaan macam apa yang bisa membuat seseorang tak pernah berharap bahwa dia akan merasakan kebahagiaan yang sama lagi dan lagi.
Saat memandangmu, melihat senyum yang begitu tulus, sorot mata yang jujur, dan semua kebaikan itu, rasanya aku ingin jatuh dan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang aku inginkan, memenuhi segala egoisme dalam diriku untuk mengambil claim sepenuhnya atas dirimu. Namun, sekali lagi, kilatan memori itu kembali menyadarkanku, pantaskah aku??? Rasanya kau masih terlalu tinggi untuk kugapai, segala hal tentangmu yang serasa utopis bagiku. Menakutkan tapi menantang. Mengingatmu adalah cara terjujur diriku untuk segera bangun dari zona menyenangkan dalam hidupku. Mengingatmu membuatku sadar bahwa tanpa perjuangan aku tak akan pernah sampai di tempat yang sama tingginya denganmu. Mendorongku untuk segera berlari dan kembali berharap kau masih berkenan menungguku di tempat yang sama, tempat yang saat ini belum mampu kugapai.
Meskipun aku sadar, mungkin akan banyak orang yang sampai lebih dulu ke tempatmu dibanding aku, namun rasanya aku ingin tak mengingat semua orang-orang itu. Aku hanya ingin memikirkan bahwa jalanan ini kosong dan aku akan sampai ke tempat itu. Aku tak tahu seberapa sabar kau menungguku berjuang mencapai tempat itu, namun jikapun aku tak menemukanmu di tempat itu, aku hanya ingin memastikan bahwa kau telah memilih jalan yang menyenangkan bersama yang lain atau setidaknya aku bisa memastikan kau harus bahagia.
Apapun yang terjadi setelah ini, semoga cerita ini menemukan akhir terbaiknya, akhir yang bahagia, bahagia bersamaku ataupun bahagia bersama yang lain.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Today Is Revolution


Dini hari yang sunyi.
Setelah sekian lama aku diam, rasanya aku ingin bersua kembali. Lagi - lagi ini bukan rencana awalnya. Seperti biasa, aku hanya membuka laptop, masuk ke salah satu folder dan dengan tanpa sengaja membuka file lama yang mulai berdebu. File yang sama berdebunya dengan solidaritas kami sekarang, kekompakan, kekeluargaan, dan entah apalah orang menyebut namanya.
File tersebut membawaku kembali mengingat memori lama. 13 - 14 Desember 2014. Hari yang panjang, melelahkan, namun juga membanggakan. Hari dimana kami dengan segala upaya terbaik kami berusaha mempersiapkan sesuatu yang mungkin sederhana bagi orang lain, namun begitu berharga bagi kami, minimal itu berharga bagiku. Kami hanya ingin perubahan. Because Today is Revolution!!!
Potongan - potongan memori di hari itu mengingatkanku, bahwa dahulu kami pernah begitu hangat, keluarga ini pernah begitu kompak, dan kita pernah berjuang bersama untuk sesuatu yang sederhana, ingat, bersama. Semua bekerja mengupayakan yang terbaik tanpa berpikir ingin dipuji, semua berusaha mencurahkan ide, tenaga, pikiran, bahkan waktu yang mereka punya tanpa merasa bahwa ini sesuatu yang harus dianggap sebagai beban. Mungkin aku bukan pemain penting saat itu, namun sampai saat ini, aku mampu merasakan bahwa euphoria semangat kami dalam mempersiapkan hari itu sangat tinggi. Sama tingginya dengan harapan kami untuk menjadi lebih baik ke depannya. Sama besarnya dengan keinginan kami agar semua berjalan dengan lancar, setidaknya menjadi "our beginning" yang mampu mendongkrak semangat kami saat kami mengingatnya.
Saat aku menulis malam ini, terhitung hampir setahun semenjak aku merasa bahwa aku sangat bersyukur bisa menemukan keluarga baru di tempat yang sebelumnya tak pernah aku sangka aku akan masuk ke dalamnya. Keluarga yang mampu menguatkanku meski kedua orang tuaku tak setiap waktu bersamaku saat ini. Keluarga yang terciptakan karena kami mau, ingin, dan nyaman. Keluarga yang sampai saat ini masih ada tetapi sayangnya tak terasa lagi ada.
Melihat semua ini, begitu banyak pertanyaan muncul dalam benakku. Mengapa kami bisa menjadi seperti sekarang ini??? Apakah kami telah lupa dengan apa yang kami sebut sebagai "Revolution" waktu itu? Apakah kami kehilangan ingatan tentang "Spirit of Shariah Economics with Faithful Revolution" yang kami dengungkan waktu itu? Apakah kami cukup egois untuk tak mengakui bahwa hari itu hanya acara sederhana, tapi kami berusaha sebaik yang kami bisa untuk membuat hari itu istimewa? Atau apakah kami terlalu lelah hingga semangat yang dapat kami kobarkan hari itu tak pernah terlihat kembali, semangat itu sekarat, hampir mati. Aku mengerti, kita semua punya jawaban dan alasan masing-masing untuk menjawab berbagai pertanyaan di atas. Aku juga yakin dari sekian alasan tersebut, tidak ada yang salah, karena kita berhak dan pasti punya preferensi masing-masing dalam berargumen. Namun, haruskah preferensi berharga kita telah membuai kita hingga lupa akan cita-cita yang ingin kita bawa bersama dahulu?
Satu tahun memang bukan waktu yang sebentar untuk menjaga semangat kita. Tapi kurasa, satu tahun menjadi waktu yang terlalu sebentar untuk mencampakkan cita-cita kita dahulu. Satu tahun menjadi waktu yang terlalu singkat untuk menjadi egois dalam mengakui bahwa dahulu kita pernah berkorban bersama demi mencapai apa yang kita cita-citakan hanya untuk hal yang "sederhana". Dalam satu tahun, tak mudah rasanya meleburkan semangat itu begitu saja. Bahkan dalam satu tahun, saat kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuang semua memori itu, membutakan mata, membuat telinga tuli, membisukan lisan, dan menyibukkan otak dengan berbagai pikiran yang lain, coba tanyakan kembali dalam hatimu yang paling dalam, apakah kau telah benar-benar mampu melupakan semuanya? Tidak adakah perasaan rindu sedikit pun dari apa yang pernah kau lakukan, korbankan, upayakan, dan harapkan waktu itu? Aku yakin cita-cita itu, harapan itu masih kau simpan dalam hatimu, hanya mungkin banyak hal lain yang menurutmu lebih penting tanpa kau sadari menumpuk menutup harapan kita saat itu. Sesuatu yang mungkin sekarang hampir mengerak hingga membuatmu seakan benar-benar lupa dengan harapan kita waktu itu. Harapan yang kita dengungkan sebagai Ssefolution.
Kita masih punya waktu. Kita masih punya waktu untuk mempersiapkan semuanya menjadi lebih baik. Jika seseorang pernah berkata, menjadi ikhlas untuk menerima semua yang terjadi saat ini adalah pilihan terbaik, tetapi menurutku itu bukan pilihan terbaik, menjadi ikhlas adalah pilihan termudah yang bisa kita lakukan sembari menata hati, raga, pikiran, dan semangat untuk kembali berjuang. Bagaimanapun juga, tak bisa kita pungkiri bahwa babak baru selalu datang dalam hidup kita. Menjadi ikhlas hanyalah jalan termudah kita memasuki pintu menuju babak baru itu, selanjutnya kita tetap harus berjuang. Berjuang untuk bukan hanya sekedar mendengungkan Today is Revolutian, tetapi juga membuktikan bahwa hari ini kita benar-benar berubah.
Mungkin kita merasa terlalu banyak constraint yang menghalangi kita dalam melakukan perubahan itu. Tetapi bukankah halangan tersebut hanya membuat jalan kita lebih sulit? Halangan itu hanya membuat kita harus berjuang saat kita ingin mendapatkan apa yang kita mau. Halangan itu menjadi harga yang pantas yang harus kita bayar untuk mencapai cita-cita kita. Harapan kita. Revolusi kita.
Percayalah. Faithful Revolution itu masih ada di hati kita. Betapapun lelahnya kita, betapapun marahnya, betapapun jenuhnya, bahkan betapapun acuhnya kita, tanyakan kembali kepada hatimu apakah kau tak ingin menyelesaikan semua ini dengan sebaik mungkin. Membuat satu kali lagi hari istimewa seperti saat itu. Saat kau menyadari bahwa semua pengorbanan dan lelahmu terbayar dengan kemenanganmu. Kemenangan yang membuat perubahan itu menjadi nyata.
Memang merupakan hal yang wajar, saat ini kita merasa lebih lelah dari setahun yang lalu. Ada yang bilang amanah kita sekarang lebih besar. Ada yang bilang apa yang terjadi saat ini tidak bisa disamakan dengan setahun yang lalu. Ada yang bilang semuanya telah berubah dan berhak memilih jalannya masing-masing. Namun, tidakkah kalian ingat bahwa kita masih sama, kita masih keluarga yang sama, kita masih punya hati yang sama. Kita masih punya cerita yang sama yang kita jalani saat itu. 13-14 Desember 2014 masih menjadi memori masing-masing dari kita. Dan sejak saat ini waktunya kita meneriakkan pada dunia bahwa THIS IS OUR REVOLUTION. Percayalah, semangat itu masih ada dalam hatimu, perubahan itu masih bisa kau lakukan, keberanian itu akan muncul saat kau mau mencoba, dan rasa jenuh nan lelah itu akan hancur saat kau ingat bahwa TODAY IS REVOLUTION. SSEFOLUTION.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS