"Beause a girl like you is impossible to find, you're impossible to
find..."
Dengan mengganti kata ‘a
girl’ menjadi ‘a boy’, mungkin salah satu potongan lirik
lagu di atas bisa sedikit menceritakan apa yang aku rasakan, pikirkan, pahami
saat ini. Rasanya aku sudah lupa. Aku sudah lupa apa yang membuat semua menjadi
seperti sekarang. Bahkan berandai pun aku tak pernah. Hanya sedikit yang
kuingat, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu, di saat yang sama seperti saat aku
menulis, saat liburan pergantian semester. Seperti mahasiswa kebanyakan yang
selalu mendambakan liburan sebagai waktu istirahat menyenangkan di tengah
kesibukan dan rutinitas menjemukan selama berjuang meraih mimpi di kota yang
bahkan menyimpan banyak cerita sebagai saksi bahwa perjuangan kami yang
merantau itu nyata, awalnya liburanku saat itu juga telah direncanakan dengan
indah. Namun, tampaknya amanah ini memintaku untuk sedikit bersabar agar
rencana liburanku yang indah bisa ditunda dahulu, setidaknya sampai amanah ini
terselesaikan sebagaimana mestinya. Amanah yang awalnya juga tak pernah
terpikirkan olehku. Amanah yang datang untuk memberiku pelajaran, kenangan, dan
sedikit cerita...bersamamu.
Berawal dari keinginan kecilku untuk membantunya,
bukan kamu, membantu dia untuk mengingatkanmu atas amanah yang sama-sama kita
emban, cerita itu kita mulai. Dingin dan egois, kesan yang tak pernah kulupakan
saat pertama melihatmu. Sebegitu tinggi dan kokohnya jiwamu hingga mendekatpun
aku harus berpikir berulang kali. Sayangnya, saat aku melangkah mundur sekali,
ada hal lain yang membuatku kembali melangkah maju dua kali, mendekatimu. Bukan
perjalanan yang singkat saat semua rasa penasaran dan kagum, mungkin, yang
membuatku terus mencari tahu bagaimana kau bisa seperti ini, sedingin apa
jiwamu, sekokoh apa idelismemu, dan bisakah aku.....Rasanya aku tak perlu
melanjutkan kalimat sebelumnya karena yang ingin kukatakan hanya, izinkan aku
mengenalmu.
Banyak hal, terutama tugas ‘bersama’ atau mungkin
lebih tepat dibilang tugas serupa yang kita terima sehingga kita
tanpa-sengaja-dan-berjalan-begitu-saja telah merangkai cerita yang kita juga
tak pernah tau bagaimana awalnya. Aku hanya memberikan apapun yang bisa
membuatmu lebih baik dalam mengerjakan tugasmu, dan saat kamu mulai menjawab
dengan hal-hal serupa yang aku berikan sebelumnya, aku mulai takut mungkin aku
yang akan jatuh kembali. Jatuh dalam semua kebaikan-kebaikanmu yang berulang
dan membuatku ingin tetap jatuh dan jatuh lagi.
Saat ini aku tak pernah tahu berapa kali aku telah
jatuh. Semua hal yang kau berikan dan baru pertama kurasakan. Semuanya yang
membuatku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Semua cerita yang
bahkan aku tak pernah tahu bahasa apa yang tepat untuk mendeskripsikan
perasaanku saat itu. Mungkin aku terlalu takut untuk menganggapmu
mengistimewakanku, tapi aku selalu bahagia jika aku tahu kau terkadang
menganggapku berbeda, mungkin...istimewa. Aku semakin takut saat kilatan memori
dalam ingatanku bercerita betapa kokoh dan tingginya engkau. Rasanya aku tak
akan pernah sanggup menggapai tempatmu berada saat ini. Namun, ketakutan itu
terkadang kau patahkan dengan uluran tanganmu yang lembut untuk menungguku
berusaha naik ke tempat yang sama tingginya denganmu. Jujur, aku tak pernah
ingin mengharapkan apapun. Tetapi sulit rasanya untuk berbohong bahwa aku
bahagia merangkai cerita denganmu dan aku tak tau kebahagiaan macam apa yang
bisa membuat seseorang tak pernah berharap bahwa dia akan merasakan kebahagiaan
yang sama lagi dan lagi.
Saat memandangmu, melihat senyum yang begitu
tulus, sorot mata yang jujur, dan semua kebaikan itu, rasanya aku ingin jatuh
dan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang aku inginkan, memenuhi
segala egoisme dalam diriku untuk mengambil claim
sepenuhnya atas dirimu. Namun, sekali lagi, kilatan memori itu kembali
menyadarkanku, pantaskah aku??? Rasanya kau masih terlalu tinggi untuk kugapai,
segala hal tentangmu yang serasa utopis bagiku. Menakutkan tapi menantang. Mengingatmu
adalah cara terjujur diriku untuk segera bangun dari zona menyenangkan dalam
hidupku. Mengingatmu membuatku sadar bahwa tanpa perjuangan aku tak akan pernah
sampai di tempat yang sama tingginya denganmu. Mendorongku untuk segera berlari
dan kembali berharap kau masih berkenan menungguku di tempat yang sama, tempat
yang saat ini belum mampu kugapai.
Meskipun aku sadar, mungkin akan banyak orang
yang sampai lebih dulu ke tempatmu dibanding aku, namun rasanya aku ingin tak
mengingat semua orang-orang itu. Aku hanya ingin memikirkan bahwa jalanan ini
kosong dan aku akan sampai ke tempat itu. Aku tak tahu seberapa sabar kau
menungguku berjuang mencapai tempat itu, namun jikapun aku tak menemukanmu di
tempat itu, aku hanya ingin memastikan bahwa kau telah memilih jalan yang
menyenangkan bersama yang lain atau setidaknya aku bisa memastikan kau harus
bahagia.
Apapun yang terjadi setelah ini, semoga cerita
ini menemukan akhir terbaiknya, akhir yang bahagia, bahagia bersamaku ataupun
bahagia bersama yang lain.