Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Brown Bow Tie
RSS

Hope It Will Be Happy Ending


"Beause a girl like you is impossible to find, you're impossible to find..."


Dengan mengganti kata ‘a girl’ menjadi ‘a boy’, mungkin salah satu potongan lirik lagu di atas bisa sedikit menceritakan apa yang aku rasakan, pikirkan, pahami saat ini. Rasanya aku sudah lupa. Aku sudah lupa apa yang membuat semua menjadi seperti sekarang. Bahkan berandai pun aku tak pernah. Hanya sedikit yang kuingat, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu, di saat yang sama seperti saat aku menulis, saat liburan pergantian semester. Seperti mahasiswa kebanyakan yang selalu mendambakan liburan sebagai waktu istirahat menyenangkan di tengah kesibukan dan rutinitas menjemukan selama berjuang meraih mimpi di kota yang bahkan menyimpan banyak cerita sebagai saksi bahwa perjuangan kami yang merantau itu nyata, awalnya liburanku saat itu juga telah direncanakan dengan indah. Namun, tampaknya amanah ini memintaku untuk sedikit bersabar agar rencana liburanku yang indah bisa ditunda dahulu, setidaknya sampai amanah ini terselesaikan sebagaimana mestinya. Amanah yang awalnya juga tak pernah terpikirkan olehku. Amanah yang datang untuk memberiku pelajaran, kenangan, dan sedikit cerita...bersamamu.
Berawal dari keinginan kecilku untuk membantunya, bukan kamu, membantu dia untuk mengingatkanmu atas amanah yang sama-sama kita emban, cerita itu kita mulai. Dingin dan egois, kesan yang tak pernah kulupakan saat pertama melihatmu. Sebegitu tinggi dan kokohnya jiwamu hingga mendekatpun aku harus berpikir berulang kali. Sayangnya, saat aku melangkah mundur sekali, ada hal lain yang membuatku kembali melangkah maju dua kali, mendekatimu. Bukan perjalanan yang singkat saat semua rasa penasaran dan kagum, mungkin, yang membuatku terus mencari tahu bagaimana kau bisa seperti ini, sedingin apa jiwamu, sekokoh apa idelismemu, dan bisakah aku.....Rasanya aku tak perlu melanjutkan kalimat sebelumnya karena yang ingin kukatakan hanya, izinkan aku mengenalmu.
Banyak hal, terutama tugas ‘bersama’ atau mungkin lebih tepat dibilang tugas serupa yang kita terima sehingga kita tanpa-sengaja-dan-berjalan-begitu-saja telah merangkai cerita yang kita juga tak pernah tau bagaimana awalnya. Aku hanya memberikan apapun yang bisa membuatmu lebih baik dalam mengerjakan tugasmu, dan saat kamu mulai menjawab dengan hal-hal serupa yang aku berikan sebelumnya, aku mulai takut mungkin aku yang akan jatuh kembali. Jatuh dalam semua kebaikan-kebaikanmu yang berulang dan membuatku ingin tetap jatuh dan jatuh lagi.
Saat ini aku tak pernah tahu berapa kali aku telah jatuh. Semua hal yang kau berikan dan baru pertama kurasakan. Semuanya yang membuatku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Semua cerita yang bahkan aku tak pernah tahu bahasa apa yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku saat itu. Mungkin aku terlalu takut untuk menganggapmu mengistimewakanku, tapi aku selalu bahagia jika aku tahu kau terkadang menganggapku berbeda, mungkin...istimewa. Aku semakin takut saat kilatan memori dalam ingatanku bercerita betapa kokoh dan tingginya engkau. Rasanya aku tak akan pernah sanggup menggapai tempatmu berada saat ini. Namun, ketakutan itu terkadang kau patahkan dengan uluran tanganmu yang lembut untuk menungguku berusaha naik ke tempat yang sama tingginya denganmu. Jujur, aku tak pernah ingin mengharapkan apapun. Tetapi sulit rasanya untuk berbohong bahwa aku bahagia merangkai cerita denganmu dan aku tak tau kebahagiaan macam apa yang bisa membuat seseorang tak pernah berharap bahwa dia akan merasakan kebahagiaan yang sama lagi dan lagi.
Saat memandangmu, melihat senyum yang begitu tulus, sorot mata yang jujur, dan semua kebaikan itu, rasanya aku ingin jatuh dan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang aku inginkan, memenuhi segala egoisme dalam diriku untuk mengambil claim sepenuhnya atas dirimu. Namun, sekali lagi, kilatan memori itu kembali menyadarkanku, pantaskah aku??? Rasanya kau masih terlalu tinggi untuk kugapai, segala hal tentangmu yang serasa utopis bagiku. Menakutkan tapi menantang. Mengingatmu adalah cara terjujur diriku untuk segera bangun dari zona menyenangkan dalam hidupku. Mengingatmu membuatku sadar bahwa tanpa perjuangan aku tak akan pernah sampai di tempat yang sama tingginya denganmu. Mendorongku untuk segera berlari dan kembali berharap kau masih berkenan menungguku di tempat yang sama, tempat yang saat ini belum mampu kugapai.
Meskipun aku sadar, mungkin akan banyak orang yang sampai lebih dulu ke tempatmu dibanding aku, namun rasanya aku ingin tak mengingat semua orang-orang itu. Aku hanya ingin memikirkan bahwa jalanan ini kosong dan aku akan sampai ke tempat itu. Aku tak tahu seberapa sabar kau menungguku berjuang mencapai tempat itu, namun jikapun aku tak menemukanmu di tempat itu, aku hanya ingin memastikan bahwa kau telah memilih jalan yang menyenangkan bersama yang lain atau setidaknya aku bisa memastikan kau harus bahagia.
Apapun yang terjadi setelah ini, semoga cerita ini menemukan akhir terbaiknya, akhir yang bahagia, bahagia bersamaku ataupun bahagia bersama yang lain.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 Comments:

Posting Komentar